Kalo mendengar kata "hukuman" nampaknya terbilang sangar, berat dan "nelongso", namun agar terdengar lebih halus kata "hukuman" lebih baik diubah dengan kata "sangsi", meski substansinya ya sama saja. Jadi teringat masa lalu, bagaimana merasakan beban hukuman dari kakak-kakak yang setingkat lebih tinggi. Karena kita berangkat pramuka benar-benar dari suka dan rela maka sangsi yang diberikan terasa ringan dan menyenangkan, jadi tambah semangat ( kami waktu itu menganggap sekedar latihan kesemaptaan ) dan setelah itu bersama-sama mentertawakan diri-sendiri akibat kebodohannya sehingga mendapatkan sangsi yang tidaklah ringan. Lain halnya kalo sangsi berikan kepada mereka yang notabene " dipaksa" atau "terpaksa" ikut pramuka ( wajib ekstrakurikuler ), maka akan terlihat suasana menjadi lain......seperti mereka bilang.....militeris, sadis dan tak berperasaan...... dll. Tetapi setelah Dewasa ( jadi pembina ), peristiwa itu bukan lagi untuk ajang " balas dendam". Dalam memberikan sangsi , cenderung boleh dibilang yang bersifat " intelektual humanis", pendekatan model kreatif tapi cerdas yang berdasarkan persaudaraan.
Bikin badan sehat tidak harus memberikan sangsi dengan "push up" tetapi bisa diberikan dengan bentuk kegiatan lainnya...
Namun demikian sangsi tetap penting dan selalu ada dalam upaya penegakan disiplin dan peraturan.
( gambar sekedar ilustrasi )
Namun demikian sangsi tetap penting dan selalu ada dalam upaya penegakan disiplin dan peraturan.
( gambar sekedar ilustrasi )