SATU momentum yang
tidak akan pernah dilupakan oleh jajaran gerakan Pramuka adalah dileburnya
seluruh organisasi kepanduan menjadi satu wadah dalam Gerakan Pramuka Indonesia.
Dan tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka yang pada
saat ini genap berusia 45 tahun. Ibarat umur manusia usia 45 tahun merupakan
usia dewasa dan mandiri. Pertanyaannya apakah gerakan Pramuka telah dewasa dan
mandiri?
Dalam anggaran dasar disebutkan tujuan gerakan Pramuka mendidik
dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,
sosial, intelektual dan fisiknya sehingga menjadi manusia yang berkepribadian,
dan berbudi pekerti luhur. Juga menjadi anggota masyarakat yang baik dan
berguna yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri. Sampai saat ini gerakan Pramuka telah memberikan sumbangsih yang besar.
Pertama, memiliki akhlak dan moral yang
tinggi. Seorang anggota Pramuka selalu terikat dengan kode kehormatan yang
terdiri atas janji yang disebut dengan Satya dan ketentuan moral yang disebut
dengan Darma. Kode kehormatan dan ketentuan moral inilah yang pada umumnya
menjadikan nilai lebih seorang anggota Pramuka dibandingkan dengan kaum muda
lainnya.
Kedua, bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Seorang anggota Pramuka pastilah berusaha berbuat terbaik bagi keluarga dan
lingkungannya.
Contoh kasus yang paling akhir dalam bencana
gempa bumi Klaten dan Yogya, Pangandaran dan Cilacap. Pramuka aktif terlibat
dalam membantu meringankan penderitaan korban. Ketiga, menjaga dan
mempertahankan NKRI.
Berbagai kegiatan berskala nasional seperti
Jambore Nasional antara lain dimaksudkan mempererat rasa persatuan dan kesatuan
bangsa. Dalam konteks yang lebih luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
anggota Pramuka juga telah memberikan andil yang besar dalam menjaga,
mempertahankan NKRI.
Diakui atau tidak para pejuang, tokoh, dan
pemimpin bangsa yang senantiasa komitmen dalam mempertahankan NKRI sebagian di
antaranya anggota atau pernah menjadi anggota Pramuka.
Kedewasaan
Kedewasaan organisasi bukan hanya diukur dari
berapa usia organisasi tersebut tetapi bagaimana pengelolaan manajerial
dilaksanakan selama ini. Jika pengelolaan manajerial organisasi tidak ada
peningkatan kualitas hal itu dapat kita jadikan indikasi gerakan Pramuka masih
kurang dewasa. Hal ini dapat kita amati dari berbagai aspek seperti, pertama,
kurangnya pembinaan gudep teritorial.
Gerakan Pramuka memiliki jumlah anggota yang diperkirakan mencapai
puluhan juta orang. Keanggotaan terbanyak disumbang dari gudep berpangkalan di
sekolah.
Gudep yang berpangkalan di sekolah-sekolah umumnya tidak memiliki
kesatuan yang lengkap. Idealnya setiap gugus depan (gudep) memiliki kesatuan
yang lengkap terdiri atas Perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak
dan Racana Pandega.
Kedua, kurangnya kuantitas dan kualitas pembina.
Keberhasilan suatu gugus depan dalam membina anak didik sangat
tergantung dari kuantitas dan kualitas para pembina. Jumlah pembina yang tidak
sebanding dengan jumlah anak didik serta pembina yang sangat terbatas yang
memiliki sertifikasi mahir merupakan kondisi yang selalu terjadi dari tahun ke
tahun. Karenanya tidak mengherankan jika kita temui di dalam satu gudep
terdapat pembina Pramuka yang tidak memiliki sertifikasi mahir apa pun.
Ketiga, kurangnya kepedulian andalan dan majelis pembimbing. Komponen ini merupakan roh dari sukses tidaknya kegiatan Pramuka. Andalan
dan majelis pembimbing yang sebagian besar tokoh masyarakat memiliki berbagai
kesibukan sehingga kontribusi meningkatkan kualitas menjadi terbatas sekali.
Keempat, aspek kegiatan rutin.
Guna membentuk sikap pribadi yang berakhlak
dan bermoral tinggi kiranya tidak cukup dilakukan secara sporadis seperti
menghadapi peristiwa tertentu seperti pesta siaga dan jambore.
Kiranya menjadi lebih bermanfaat jika
pembinaaan dilakukan secara rutin.
Bukankah tugas dan tanggung jawab Kwartir
salah satunya melakukan pembinaan.
Namun sayangnya pembinaan, monitor dan evaluasi secara rutin ini
belum direalisasi oleh masing-masing Kwartir.
Kelima, kurangnya dukungan anggaran.
Kedewasaan dan kemandirian organisasi Pramuka dapat diukur pula dengan
indikator anggaran organisasi. Dari aspek anggaran organisasi untuk kegiatan
dan pembinaan jika hanya mengandalkan iuran dari anggota kiranya akan
dihadapkan pada berbagai kendala. Namun jika terlalu mengandalkan bantuan
anggaran bersumber dari APBD seperti selama ini, yang terjadi adalah tidak
adanya anggaran untuk menutup berbagai kegiatan Kwartir. Hal ini pun sering
terjadi dari tahun ke tahun dan sangat dirasakan utamanya oleh Kwartir.
Karenanya perlu lebih ditingkatkannya kerja sama dengan pihak lain serta
membentuk badan usaha.
Upaya ini tidak bertentangan dari anggaran
dasar.
Akhirnya renungan di atas dapat dijadikan
introspeksi jajaran Pramuka agar semakin dewasa dan mandiri.
- Drs Sigit Djoko Sutomo, mantan Andalan Daerah
Kwarda XI Jawa Tengah